Sunday, January 22, 2017

Duka-Duka Semester 1 Sekolah di University of Aberdeen

3:55 PM Posted by Kaki Rima No comments
Kalau dilihat dari judul, rasanya kok saya cuman punya duka-duka aja ya selama sekolah disini, haha.. Tapi karena status facebook, foto di instagram, rasanya sudah mewakili sisi bahagia saya disini, jadi rasanya cukup adillah kalau saya menulis sisi duka selama satu semester menempuh dan merasakan rasa nano-nano nya jadi mahasiswa. 

Sebelum shubuh hari ini, 22 Januari 2017, sudah keseribu kalinya saya membuka portal student semenjak kampus mengumumkan bahwa nilai akhir untuk semester 1 sudah keluar dan sudah bisa diakses tanggal 21 Januari 2017 jam 9 pagi waktu lokal. Namun, bukannya nilai yang saya lihat semenjak kemarin, tapi untuk bisa mengakses student portal-pun perlu kesabaran yang cukup juga. Kadang bingung kalau mau nanya ke siapa, karena ini masih masuk akhir pekan. Sebenernya rasa penasaran ini bisa dikatakan sangat wajar, karena nilai akhir merupakan sesuatu yang menurut saya bisa dilihat sebagai hasil akhir dari pencapaian, usaha, dan kerja keras kita selama disini. Dan menurut saya, saya sangat mati-matian belajar di mata kuliah wajib ini karena saya mengambil jurusan yang spesifik di salah satu bidang hukum: HAM! 

"Tulisanmu itu sampah" adalah kalimat menyakitkan pertama yang saya dengar dari teman saya, yang menurut saya awalnya adalah sosok gadis yang menyenangkan, cantik, dan memukau. Pun itu juga menjadi kalimat yang "menjatuhkan" mental dan semangat saya selama dua hari berturut-turut. Tak hanya "mutung", tapi saya juga menjadi tidak percaya diri seketika. Rasanya aura disekitar saya menjadi muram dan gelap saat itu dan sepanjang minggu itu. Percaya atau tidak, karena kepercayaan diri saya terbelenggu, saya benar-benar menjadi tidak percaya diri untuk mengungkapkan pendapat, pikiran, baik untuk diucapkan maupun dituliskan. Saya sendiri sangat tidak percaya dengan dampak kalimat itu kepada saya, saking berpengaruhnya, sampai saya merasa "kehilangan" diri saya sendiri. 

Yap, saya mendadak menyesal untuk mengikuti seleksi di satu mata kuliah, yang harusnya tidak wajib tapi saat diumumkan kalau mata kuliah itu hanya menerima sedikit orang, naluri "bersaing dan menjawab tantangan" saya muncul. Saya mendaftar meski ragu dan akhirnya diterima. Satu kelas hanya berisi 5 mahasiswa dan semua adalah perempuan. Celaka! batin saya waktu itu. Menurut pengalaman saya, kalau dalam sekelas itu tidak ada laki-lakinya, pasti potensi konflik akan semakin lebih tinggi dibandingkan bila dalam kelas tersebut ada lawan jenis, meski itu hanya satu. Itu pikiran saya saat itu dan benar dugaan saya, bekerja dalam tim memang tidak semudah yang kita bayangkan. Apalagi kalau salah satunya suka membully dan bersikap dominan. Beuh! rasanya pingin njambak, tapi harus ditahan. Jadi kadang suka nangis sendiri karena hal itu. Tapi semenjak mendengar kalimat itu dan setelah mengurung diri di rumah selama dua hari, saya memutuskan menceritakan itu kepada dua teman saya yang lain. (Alhamdulillah saya punya banyak teman dekat dan baik semua, hehehe)

Salah satu dari mereka, menyarankan untuk menyampaikan kejadian ini kepada dosen saya. Saya mematung namun masih mendengar opininya. Dia memutuskan intervensi karena dia tahu bahwa saya akan memutuskan untuk membiarkan hal itu, namun karena dampak dari kalimat itu sangat besar pada saya, dia menyarankan untuk tidak membiarkan hal itu terjadi. Berulang kali saya diyakinkan bahwa saya harus berbicara kepada supervisor saya dan membiarkannya mengetahui apa yang terjadi di grup di bawah pengawasannya itu. Karena dia menyebut alasan, semua orang disini harus diperlakukan dengan layak, setara, dan manusiawilah, saya akhirnya memutuskan untuk mengikuti sarannya. Saya memutuskan untuk membuat janji bertemu supervisor saya dan menceritakan semuanya. Kalian tahu? memutuskan berbicara dan menceritakan kejadian mengerikan itu kepada orang yang jauh lebih berpengalaman, memang efektif. Yang saya ceritakan adalah sebuah kebenaran, saya tak akan menjadi orang yang membubui cerita agar mendapat pembelaan. Semua saya ceritakan, kebaikan dan kesalahan yang teman saya lakukan agar supervisor saya mengetahui cerita itu secara berimbang. Hasilnya? selain saya merasa lega, plong, saya juga menjadi termotivasi kembali. Saya merasa mendapatkan kepercayaan diri saya lagi. Saya merasa saya menjadi saya lagi dengan nilai lain. Intinya saya kembali ikhlas, percaya diri, dan bahagia untuk itu. Saya akan selalu mengingat pesan-pesannya bahwa diapun terkesan dengan saya, karena saya memiliki CV yang bagus, pengalaman yang baik, memiliki kepercayaan diri yang baik. Dia katakan semua hal baik, yang menurut saya harus saya dengar saat itu, dan alasan mengapa dia memilih saya untuk masuk dalam timnya. Terlebih, dia mengatakan hal yang menurut saya biasa saja tapi mampu membuat dia terkesima: saya mempunyai banyak teman baik. Dia katakan tak setiap orang ketika mendatangi sebuah interview, diantar dan didukung teman-teman baiknya, diberikan dukungan berupa itu. Katanya, "saya bisa tahu kalau kamu adalah orang yang baik dari pertama kali saya melihat kamu diantar teman-temanmu untuk wawancara. Saya melihat kamu gugup meski kamu punya CV yang memukau, menurut saya. Kamu punya banyak pengalaman, kamu mengabdi pada negaramu, kamu berjuang sekian lama untuk mendapat beasiswa, kamu terus belajar untuk memenuhi nilai IELTSmu, kamu berkarya."

Saya? Saya bahkan tak menganggap itu secara serius, saya hanya menjalani hidup, tapi anehnya ketika seorang supervisormu yang bahkan hanya kita kenal dalam waktu yang belum lama, melihat hal positif dari diri kita yang bahkan selama ini tidak kita lihat, itu yang membangkitkan semangatmu, yag menolongmu ketika kamu ada di masa sulit. Kalimat baik memberi nyawa pada hidup. Kebaikan memberi pertolongan bagi jiwa-jiwa yang sendu, seperti saya saat itu. Bagi saya itu kalimat positif yang perlu saya dengar ditengah perasaan dan kondisi tidak  positif ini. Saya kembali bangkit dan berpikir bahwa, "Apabila teman saya memilih jalan menjadi "kuat" dengan menjadi dominan, super, dengan cara itu, saya tak perlu menanggapi secara serius. Itu dia. Haknya menjadi seperti itu, apapun alasannya itu haknya sebagai manusia merdeka. Tapi saya? Apapun kalimat jahatnya tidak akan pernah berhasil "menyentuh" saya mulai sekarang." Serius! ketika saya merasa "bangkit" lagi, saya merasa ada bunyi-bunyian genderang ditabuh dan bendera merah putih berkibar. Hahahaa.. kocak sih, tapi itu yang saya alami kok. 💓

Semenjak itu, saya mengikuti les gratis mengenai bagaimana cara menulis yang baik secara akademik, bertanya pada dosen favorit semua mahasiswa di sini, hahaha, tentang bagaimana meningkatkan kemampuan bahasa saya, dan yes, kami mengobrol di email seperti teman. Setiap 2 menit kami saling membalas email. Hahaha.. dan ngaruh! Dia bisa menguasai lebih dari 10 bahasa secara lancar! Ciamik badai kan? Dan dia memberi tahu saya rahasianya kenapa dia bisa menguasai 10 bahasa itu! Memang beda ya? orang positif sama negatif, wkwkkw.. 

Intinya, saya mengubah diri. Saya mencari tahu banyak hal untuk mengubah "nasib". Saya terbang sekian belas jam dari Jakarta bukan untuk dimaki dan dibully. Saya sudah menjadi bagian dari orang yang peduli dengan kesetaraan dan perlakuan yang baik. Jadi saya juga harus menaikkan level saya dengan mengupgrade diri juga! Apapun yang terjadi, setidaknya saya akan "melawan" dengan terus berusaha, meski mimisan terus setelahnya. Hahahahha..

Setelah segitu semangatnya, saya menerima hasil essay saya untuk mata kuliah lainnya, dan saya kembali kaget karena saya mendapat nilai C3! Bwahahahhahaha.. Kaget sih! Tapi gimana ya rasanya? Ketika kita sudah research segitu lamanya, berusaha segitu giatnya, tapi hasilnya mental-mental aja? Nah, bedanya, kali ini saya berhasil tidak "mutung" lagi. Saya menanggapi secara lebih santai dan rileks. Pelan-pelan dengan hati yang sakit dan pilu, saya buka hasil review dari dosennya. Saya baca pelan-pelan mengenai komentarnya kenapa saya bisa dapat C3. Disitu disampaikan bahwa, "Hasil risetnya detil, tpi saya tidak bisa menggunakan itu semua dengan baik, jadi kesimpulannya masih kurang luas perspektifnya. Terlebih saya kurang bisa menggunakan bahasa dengan baik jadi kadang tidak bisa dipahami maksudnya." Saya diam. Merenung dan berkaca. Saya sih bisa paham, karena saya yang nulis, yang riset, yang punya ide itu, tapi apalah arti ide tanpa ada yang bisa memahami? Hahaha.. saya segitunya ya kemampuan bahasanya sampai orang gak paham? wkwkkww.. Kali itu, saya merasa bahwa saya harus gak tidurlah kalau perlu buat memperbaiki kekacauan setengah semester ini. Saya tidak bisa menyalahkan orang karena ini jelas terkait saya. Saya mulai memutar kembali rekaman dosen untuk persiapan ujian akhir saya. 

Tapi, sekali lagi cobaan tak berhenti di titik itu, di mata kuliah satunya yang ada mbak-mbak itu, karena itu adalah mata kuliah yang dipersiapkan untuk lomba jadi dosennya sering meminta revisi yang banyak sekali. Saking banyaknya sampai H minus 5 sebelum jadwal ujian final saya di mata kuliah lainnya, saya masih berkutat dengan memo itu. Sebel gak? saya sudah habiskan 80% dari waktu saya di hampir semester 1 untuk mata kuliah ini dan belum maksimal belajar untuk mata kuliah wajib saya dan saya mendapat C3 untuk essay di mata kuliah wajib itu. Menurut nganaaa? 

Sampai H minus 3, saya sudah awut-awutan, hahaha.. pergi ke kampus pakai celana tidur, tinggal di perpus sampai jam 1 dini hari selama berhari-hari, dan pindah ke kamar lainnya buat ngehafalin hal-hal yang memang perlu dihafal. Apalagi dosennya bilang kalau dia bakal kaget kalau dia tahu mahasiswanya gak njawab 1 pertanyaan dengan minimal jawaban 2.5 lembar. Hahhhh? itu semua pakai jawaban? gak boleh gambar2 daun? Saya terakhir kuliah sekitar 7 tahun lalu, mampukan otak ini dipaksa mengingat materi yang pakai bahasa inggris dan menuliskannya hanya dalam waktu tertentu sebanyak 2,5 jam? Sungguh, mimisanpun terlalu biasa untuk saya. Untungnya suami saya baik, jadi suami yang memasak dan merawat saya di masa sulit. Hahahhaa.. Bahkan saya bisa lho tidur sambil ngelindur hafalan ujian. hahahahhaa.. spektakuler deh mbak yu!!!!

Well, jadi ya wajar kalau liburan kemarin saya langsung histeris. Wkwkwkwk.. saya benar2 memulihkan energi, jiwa, dan batin saya dengan baik. Saya tidak mau diganggu whatsapp grup atau apapun, saya hanya membalas chat dari teman2 baik saya. Oiya, bahkan sebelum pergi liburan dan meninggalkan kota ini selama 3 minggu, saya setiap harinya pergi dengan teman saya satu persatu. Jadi hari ini khusus pergi dengan A, besok dengan B, besoknya dengan C. Intinya selama seminggu, saya dan teman saya yang berbeda2 pergi ke city center dengan berjalan kaki. Lumayan pegel sih tapi mengobrol setelah ujian itu PERLU! hahahha.. atau bahkan ngopi2 cantik bagi saya yang bukan termasuk pecinta kopi! Well, pulih memang butuh waktu, hehehe..

Dan, 
akhirnya pagi ini, senyum saya melebar kembali. 
A! Saya dapat A! Untuk mata kuliah wajib saya! Saya dapat A untuk mata kuliah yang essaynya saya dapet C3! Saya dapat A, pemirsa!!!! Alhamdulillahhhhhh Ya Allah. Alhamdulillahhhhh...

Dan utk mata kuliah yang ada mbak-mbak itu, karena itu mata kuliahnya jalan 2 semester jadi ya udinlah ya kalau nilainya belum keluar. hehehehe..

Rasanyaaa plongggggg bangettttt!!!!
Rasanyaaa legaaa bangettt.. lelah, letih, lesu, dan le-le lainnya alhamdulillah terbayar. Karena bagaimanapun, orang lebih melihat hasil ketimbang proses, jadi A mungkin cukup bisa lah mewakili semuanya.

Dan sayaaa, senanggg puasss dannn mau kembali berjuangg lagi di semester 2 ini.. Bismillah!

Doakan yaaaa, doakan saya terus bisa mengupgrade kemampuan diri yaaa, doakan kuat yaaaa.. doakan saya kuat nahan diri buat gak njambak mbak itu ya, hehhehee.. 

Semangat!

0 comments: