Bahkan saya tidak ingin mengingat tanggalnya, tapi Kamis, 30 April 2015 adalah hari yang sangat tidak bersahabat dengan suasana hati saya.
Entah apa yang ada di pikiran saya saat itu, tapi ketika itu, dari lantai 14 dengan view halte bus harmoni, di musholla kecil tapi hangat karena sinar matahari bisa menembus ruangan di pojok ruangan itu, saya menyeka air mata dan membuka hp kecil saya. antara bingung dan harus melakukan, saya berjalan dan mengambil telepon, "mas, boleh ngobrol?", perlu disiapkan bahan presentasinya? tentang apa?" jawabnya diseberang sana. Setelah mendengar helaan nafas, dia kembali menjawab, "hari ini kosong. piye?".
Saya tidak mengenalnya dengan dekat, tapi saya mengetahuinya dengan baik. Baik adalah level dimana saya mengetahui seseorang dengan baik, namun tidak sebaik keluarganya. :D
Jangankan mengobrol dengannya untuk masalah pribadi, untuk masalah kantor saja, itu hanya terjadi beberapa kali, itupun kalau kami ditempatkan di tim yang sama, selebihnya, just, hallo mas? hallo ma? piye kabare? just it. Tapi entah, rasanya sudah lama mengenal dan rasanya tidak apa-apa bila meminta pendapat untuk masalah hati kali ini.
Sekarang, kakak itu sudah di depan saya. Menanti pembahasannya saya selanjutnya, menatap dan tidak tersenyum. Pelan-pelan saya buka dengan kalimat yang saya pilih dengan hati-hati. Takut dia syok kalau langsung curhat. :D
4 jam kami mengobrol, ngobrol tentang pengalaman hidup yang mencerahkan, yang membangkitkan semangat dan melenyapkan kesedihan hati ini. 4 jam dengan petuah yang banyak sekali.
Saya ingat, saya pergi ke tempat itu dengan semangat yang entah sudah ada dimana, tapi saya kembali dengan semangat yang baru, dengan keyakinan yang baru, dengan kepercayaan diri yang baru.
Saya mendengar hal baik, hal yang jujur, hal yang masuk akal, hal yang tak dibuat-buat untuk membuat saya baik-baik saja. Saya mendengar banyak kisah yang memupuk kembali banyak hal yang hilang karena kesedihan saya. Entah bagaimana caranya, tapi siang itu, saya mendapatkan kembali kepercayaan diri saya.
2 buku diary nya ada di meja belajar saya saat ini. Yang selalu saya baca saat saya sedang merasa down. Yes! Dia meminjamkan buku yang menemaninya di perjalanan hidupnya beberapa tahun lalu. Mungkin itu terdengar biasa untuknya, tapi itu hal yang besar bagi saya. Saya pasti diberkahi Allah deh. :D
Tapi membaca tulisannya itu sangat mengobati luka. Mengingatkan bahwa bersikap bodoh itu tidak apa-apa, diperbolehkan di masanya, karena pengalaman itu yang akan membantu kita untuk terus melangkah di kehidupan kita kedepannya.
Kakak laki-lakiku, kalau boleh kupanggil seperti itu.
Setahun lalu, kau sisipkan note dengan isi : "Are you okay?" disela2 buku agar orang tak tahu kalau aku menangis di sudut ruangan, tenggelam dengan kesedihanku di antara kesibukan kerjaku. Kau ajak aku makan bakso ketika aku bilang ingin makan bakso waktu jam 3 sore. Pun juga kau berikan novel lama dari penulis kenamaan ketika aku ulang tahun karena kau tahu aku suka membaca. *anggap saja kau tahu, haha* dan sekarang kau dengarkan curhat tentang berakhirnya kisah cerita cintaku dengan segelas minuman yang aku boleh pilih dan kau yang bayar plus dipinjami diary yang sampai sekarang belum kukembalikan.
Belum lagi doamu agar aku segera mendapat laki-laki terbaik dalam hidupku agar aku tak sendiri lagi, tak menangis lagi, dan tak galau lagi, hehe..
Kakak laki-lakiku, kalau boleh kupanggil seperti itu.
Mudah-mudahan benih kebaikan yang kau tanam, akan bisa kau petik suatu hari lagi. Memberikan lagi semangat pada perempuan yang awut-awutan dan ingusan karena kesedihannya, mendorong kembali cita-cita perempuan kecil ini tanpa kau tahu bahwa sempat pesimis dia untuk menaklukan dunia, tak tahu pula pasti dirimu bahwa kau menularkan aura kebaikanmu pada perempuan ini dan termotivasi untuk bersikap baik dan seramah mungkin pada orang.
Kakak laki-lakiku, kalau boleh kupanggil seperti itu.
Ku ceritakan semua kebaikan yang kau berikan padaku pada ibuku dan tak hentinya beliau bersyukur bahwa belakangan ini aku dikelilingi oleh orang-orang baik. Yang menyadarkanku bahwa aku mendapat kebaikan, bahkan di saat tersulit dalam hidupku. Aku mendapat banyak kasih, bahkan di saat masa "menderita"ku. Trima kasih karena telah berbagi.
Kakak laki-lakiku, kalau boleh kupanggil seperti itu.
Terima kasih untuk cerita yang tak pernah kau ceritakan pada siapapun tapi kau percayakan padaku hanya karena aku mirip dengan kondisimu beberapa tahun lalu.Lucu tapi its okay, akan kusimpan untuk diri sendiri cerita itu, potongan dari kisah lalumu, dan akan kujadikan pelajaran untuk masa depanku.
Kakak laki-lakiku, kalau boleh kupanggil seperti itu.
Alhamdulillah, aku baik-baik saja sekarang. Senang karena merasa tenang dan riang karena merasa damai. Doakan istiqomah dengan apa yang kukerjakan sekarang karena ini juga terinspirasi darimu. :)
Terima kasih, kakak laki-lakiku, kalau boleh kupanggil seperti itu.
0 comments:
Post a Comment