Wednesday, September 19, 2018

Tentang Kebohongan

9:13 AM Posted by Kaki Rima No comments
Cerita ini berdasarkan kisah nyata yang ada dilingkungan saya. Dari kejadian ini saya mengambil pelajaran dan berhasil membuktikan kesekian kalinya bahwa diam itu benar-benar emas. Sekalipun kita ada di posisi yang tidak nyaman tapi kebenaran itu nyatanya tak akan pernah pergi meninggalkan kita sendirian.

"Kita akan melesat tinggi meninggalkan mereka yang mendzolimi kita"

Ketika saya akhirnya tahu bahwa segala fitnah yang selama ini ditujukan pada satu teman baik saya, akhirnya terpatahkan lewat pengakuan salah seorang istri kawanan itu, kami berdua akhirnya bernafas lega. Tanpa perlu klarifikasi, tanpa perlu drama labrak melabrak, just let it go. Yang penting akhirnya kebenaran itu terkuak dengan sendirinya. :)

Cerita ini bermula dari tudingan beberapa anggota grup chat (wkwkkw, sumpah gak jelas) yang intinya komat kamit menjelekkan saya di belakang, dan inti dari grup itu sampai di telinga saya. Sedih? iyalah. Apalagi sebagian besar dari member grup itu adalah orang-orang terdekat saya di kantor. Bahkan ada yang teman curhat saya ketika jomblo dulu, wkwkwk.. Sakit? Lebih tepatnya mungkin kecewa dan sedih ya. Nah, masalahnya yang mereka persoalkan adalah bukan mengenai betapa terlukanya saya ketika tahu teman2 saya yang sudah saya anggap saudara menjelekkan saya dibelakang, wkwkw, tapi lebih fokus kepada siapa yang membocorkan isi chat tersebut kepada saya. wkwkwkwkw.. koplak gak sih? menurut saya, itu koplak ya. Tapi sekali lagi saya tahu dan bisa melihat dengan jelas bahwa bukan perasaan saya yang mereka pikirkan. am nothing, wkwkwkw.. Tapi ya sudahlah, saya move on nya cepat kok dan saya menemukan cara untuk menghilangkan perasaan sedih itu: menulis dan ikut konferensi internasional. Yup! Saya bahkan gak mau jalan lagi, saya mau berlari dan melompat. Saya mau terbang dengan prestasi saya, intinya, saya sudah tidak mau mereka dan cerita tentang drama mereka ada di hidup saya lagi. Bye Fake Friends! wkwkwk.. 

Nah, masalah lainnya, mereka ini menuduh orang yang sama sekali salah dengan mengatakan bahwa orang tersebut dan istrinya yang membocorkan isi chat tersebut kepada saya. wkwkwkw.. saya jadi pengen ketawa pas tahu itu, tapi sungguh, saya lebih banyak prihatin karena bahkan mereka tidak percaya pada kawanannya sendiri. Jadi, meskipun saya marah, saya sempat sampaikan bahwa bukan orang yang mereka tuduhkan yang menyampaikan pada saya. Disinilah drama lain dimulai. Kebetulan memang saya dan istri orang yang dituduh tersebut sudah cukup lama dekat. Cukup lama ya. Bahkan kami makan siang dan pergi ke pameran bersama jauh bertahun-tahun sebelum ada drama ini. Tapi sekali lagi, saya juga baru menyadari bahwa mereka hanya mau mendengar apa yang mau mereka dengar: cerita versi mereka. 

Singkat cerita, akhirnya orang ini sudah bukan lagi menjadi bagian dari kawanan tersebut dan hubungan saya dan istrinya masih baik-baik saja. Bahkan ketika mereka menuduh istri orang ini, sayapun pasang badan membela. Karena memang itu kebenarannya, tapi saya dan istri orang tersebut akhirnya sepakat bahwa biarlah mereka mengonggong, yang jelas kami memang benar dan biarlah waktu yang menjawab. Kalau bukan didunia, toh di akherat juga masih bisa ditagih kan ya? Tak akan masuk surga orang yang menyebar fitnah dan membuatnya nampak nyata, kan? Karena saya berencana benar-benar menagihnya di akherat nanti, wkwkwkkw.. menagih kebenaran ya. 

Nah, istri orang ini dianggap sebagai penyebar isi chat mereka ke saya karena hanya dialah orang luar dari grup itu yang mendapat akses untuk membaca isi chat di grup mereka. Bahkan yang satu2nya mengaku bahwa istri atau suami yang bisa membaca chat tersebut memang hanya teman laki-laki yang istrinya sahabat baik saya ini. Yang lain? tidak mau mengaku. 

Nah, hal ini sudah menjadi kepercayaan mereka bahwa yang menyebarkan adalah istrinya orang ini karena dia bisa akses isi chat meski bukan anggota grup itu dan kebetulan teman baik saya. NYATANYA? Dalam waktu seminggu ini, saya mengetahui bahwa ada seorang istri lagi dari suami yang anggota chat tersebut yang juga mengetahui isi chat di grup tersebut. Bahkan dia juga merasakan ketidaknyamananannya atas isi chat tersebut. Menurut dia bercandanya kelewatan euy. Bukan yang mengarah pada profesionalisme rekan kerja, tapi menurut istri tersebut sampai menimbulkan kecurigaan bahwa ada hubungan rahasia antara suaminya dengan salah satu perempuan di grup tersebut. Bagian itu saya skip, karena saya benar2 tidak peduli dan tidak mau ambil pusing. Bukan suami saya ini. 

See? intinya kebenaran pasti akan terungkap, cepat atau lambat. 
Mereka yang sudah mendepak, menuduh orang yang tak bersalah, entah bagaimana cara mereka untuk memperbaiki itu semua. Terlebih bukan hanya satu istri yang tidak nyaman dengan percakapan grup itu, tapi ada suami juga yang tidak nyaman dengan isi grup itu. Sekali lagi, it's even not my business. That part!

Tapi kita percaya bahwa kebenaran sekali lagi dan selalu akan menang dan terungkap secara nyata dan jelas. Ini hanya masalah waktu saja. :)

Pelajaran yang bisa saya ambil dari kejadian ini adalah jaga dirilah, berkata baik atau diamlah, fokus menjadi pribadi yang lebih baik sajalah, karena sejauh ini, sepeninggal keputusan saya utk tidak menghiraukan lagi rasa sedih dan memaafkan semuanya, paper saya sudah diterima di 2 konferensi internasional dan satu artikel saya sedang dalam tahap review untuk dicetak dalam kumpulan artikel dalam buku. Yang lain? masih dalam proses pengerjaan. See? Jadilah Elang, bukan Emprit! (pesan senior saya) 


0 comments: