Sunday, January 29, 2017

Islam, menurut mereka?

5:58 AM Posted by Kaki Rima No comments
Saya kadang masih suka termangu ketika dalam sekelebat ingatan saya teringat pernyataan dan pertanyaan satu2nya pertama dalam hidup saya tentang ajaran Islam kepada suami dalam hal memperlakukan istri.
"Suamimu pasti sayang banget ya sama kamu." kira2 begitulah terjemahan bahasa Indonesia nya ketika salah satu kawan karib saya disini mengatakan hal tsb pada saya. Sekali lagi, karena belakangan ini saya kurang suka tampil ekspresif, hahaha, dan karena saya kurang paham arah pembicaraannya, saya memutuskan berdehem dan mengangkat alis saja.
"Iya, suamimu pasti jatuh cintanya serius sama kamu." katanya diulang lagi, lagi, dan lagi, sampai pernyataan kelima, saya baru menanggapi. "Kenapa gitu, na?" tanya saya balik pada Ana, kawan yang pertama kali bertemu dengan saya di depan perpus sir duncan rice di awal bulan September 2015 setelah lama menjalin komunikasi di facebook.
"Kelihatan! Dari cara suamimu menemani di kegiatanmu, cara suamimu memperlakukanmu, semua terlihat jelas." katanya dengan mata berbinar. Malah saya yang mengernyitkan dahi, sekali lagi, saya malah bingung dengan pernyataan Ana. Memang sih saya suka janjian dengan suami di kampus, tapi perasaan Ana gak ada disitu. hahahaha.. jdi saya makin kepo dari mana asal muasal kesimpulan jatuh cinta itu.
"Karena terasa, rima." katanya lagi. Oke, saya yang heartless berarti ya! hahaha.. karena dulu pas saya keterima beasiswapun, ekspresi saya malah tak seperti yang saya duga. Saya kira ketika mendengar pengumuman saya mendapat beasiswa, saya bakal loncat2, nangis, ketawa bersamaan, tapi saya malah termenung, diam dan nelepon Putri Budi. Atau pas kami sedang akad nikah, karena saat itu saya disembunyikan terlebih dahulu jadi tdk di dekat suami saat ijab, mendengar suara suami dan "sah.. sah" dari saksipun, saya merasa datar dan biasa saja. Padahal dulu saya kira, saya akan terharu, nangis atau deg2an. Hahaha.. Ini malah datar dan biasa aja. Gak biasanya pas udah beberapa hari kemudian, itupun pas lagi persiapan keberangkatan kalau statusnya udah beneran berubah jdi nyonya Anggi Putra, cihuyyyy!
Oke, balik ke cerita Ana,
serunya dan kagetnya, dia meneruskan kalimatnya dengan santai, "dan itu sangat jarang. Apalagi kamu muslim!" Jantung saya semakin berdetak kencang. Apa hubungannya jatuh cintanya suami saya sama muslim? Saya kembali diam, tak mau buru2 mengambil kesimpulan, sementara kami masih terus berjalan, menyusuri jalanan kota Aberdeen yang semakin dingin di bulan Januari 2017 ini. "Kenapa tadi kamu singgung soal muslim, na? Aku gak paham relevansinya?" tanya saya lagi setelah saya tahu bahwa dia tak meneruskan ceritanya. "Di Al Quran, disitu tertulis bahwa perempuan hanya properti kan? kedudukan perempuan tak sebaik itu kan?" Cedarrr! Sungguh, terkejut saya mendengar pernyataan itu. Sedih saya mendengarnya. Langsung sedih gak karuan. "darimana kamu dengar itu?" tanya saya lagi dengan hati2. "Saya baca." tanyanya lagi. "di?" selidik saya. "Al Quran?" tanya saya lagi. Dia mengangguk. "Kamu baca di mana, na? atau km baca koran?" Kali ini dia melihat saya, "tolong koreksi saya kalau salah ya." saya mengangguk. "iya, gpp, bilang aja." jawab saya balik.
Dia menceritakan tentang apa yang dia dengar tentang Islam. Tentang bagaimana ajaran Islam memperlakukan perempuan dalam pernikahan. Tentang bagaimana ia terkejut karena tidak melihat itu pada kehidupan saya. Dia bercerita tentang cerita yang didengarnya, yang dipercayanya, dan tentu saja dengan versi yang salah.
Intinya, saya menjelaskan bahwa dalam ajaran saya, banyak sekali ayat dan hadist yang justru meninggikan posisi perempuan di mata Islam. Tentang bagaimana kewajiban suami dalam menjaga istri dan keluarganya, bagaimana kewajiban suami menjaga istri dan keluarganya, dan yes! tentu yang ditanyakan juga olehnya adalah mengenai poligami. Saya ceritakan juga mengenai cerita sesungguhnya tentang Nabi Muhammad saw yang menerapkan poligami, setelah wafatnya istri pertamanya.
Dia termangu. "Jadi, ada banyak orang muslim yang berbahagia dengan pernikahannya?" tanyanya lagi. "Yup." jawab saya singkat. "Selain kamu? ada orang disekitarmu yang bahagia?" tanyanya lagi, entah memastikan, entah tak percaya
"100% ada" jawab saya. "ortuku? kakakku? mertuaku? temen2ku? Indonesia mayoritas muslim, na. Tentu saja aku kenal orang muslim yang berbahagia dengan pernikahannya." jawab saya lugas. "Main ke Jkarta, ketika kita sudah selesai studi." ajak saya. Dia mengangguk.
--------------------------------------------------------------
Malam ini, ketika saya menulis status ini, ada rasa sedih karena saya abis baca berita yang menulis hal tak benar tentang Islam. Saya sedih karena merasa belum banyak bisa melakukan apa2 yang bisa meluruskan berita itu. berita yang tentu saja bisa mempengaruhi cara pandang dan penilaian orang tentang islam. Paling sedih adalah ketika Nabi Muhammad SAW diceritakan dengan versi tak benar dan membengkokkan ceritanya dari track yang seharusnya. ðŸ˜žðŸ˜žðŸ˜ž
Ya, mungkin setidaknya saya bisa menunjukkan sedikit kebenarannya pada teman2 terdekat saya disini terlebih dahulu. Tentang apa yang benar dan apa yang dicitrakan tentang Islam, sampai nanti saya mempunyai kesempatan yang jauh lebih besar dan berpengaruh, saya akn terus mencoba menunjukkan cerita yang benar.
Jadi intinya,
jangan bertingkah yang bisa menjelekkan citra Islam ya, Rima.
Disini kerudungmu menunjukkan identitasmu secara jelas karena disini kamu itu minoritas. Yang baik ya rima!
Orang di luar sana punya hak utk bertingkah kok, mau berlaku baik atau tidak, itu diluar kewenanganmu. yang penting kamu yang baik ya rima. Semangattt!
*ngomong sndiri di jam 1.44 dini hari wktu sini
*gak bisa tidur soalnya udh tdur dri jam 7-12.30 hahaha.. tidur duluan bangun tengah malam
*ngeliat muka suami diem2, ternyata ganteng juga ya😂😂😂
*mulai riyip2

0 comments: