Saturday, February 11, 2017

Aberdeen dan nasi telor

3:14 AM Posted by Kaki Rima No comments
Setelah melepas lelah dari perpustakaan sepanjang siang hari ini, saya duduk terdiam di atas kasur sementara suami tengah asik duduk juga main game di komputer yang layarnya segede gaban itu. Sebentar saya akan beranjak dari kasur, suami bertanya, "mau kemana?", seperti biasanya, suaranya tenang, lembut, dan imut. ☺"mau bikin telor" jawab saya. "Sini aku masakin." kata suami lagi, saya menoleh, "sayang mau masakin telor?" tanya saya memastikan. "enggak, mau masak daging. Sekalian buat makan malam." terangnya lagi. "Oo.. ayo masak bareng, saya bikin daging, aku bikin telor. Lagi pingin makan telor goreng." ajak saya sambil keluar pintu kamar terlebih dahulu. 

Musim dingin di bulan Februari 2017 adalah pengalaman pertama saya untuk bertahan hidup dalam empat musim. Lahir dan besar di negara cantik dan tropis macam Indonesia membuat punggung saya terasa ngiung-ngiung kalau musim dingin sudah tiba. Saya melirik sebentar salju yang turun dengan agak lebat di malam ini, bisa dipastikan sederatan jalan sepanjang mata memandang, buih putih yang jatuh dari langit sudah menutup beberapa tanaman, pohon, kendaraan yang terparkir di belakang jalan Kingstreet di kota terbesar ketiga di Skotlandia ini. 

Saya menghela nafas sambil menarik nafas tak lama setelah mencium bau harum khas telor ceplok ala-ala saya. Saya melirik nasi yang baru dinanak di atas "daleman" magic jar yang dipaksa sekali bekerja di atas kompor listrik di flat satu kamar ini. Hahaha.. jangan bayangkan kengeriannya, karena bentuknya tidak ngeri sama sekali. Jadi kami membawa magic jar dari tanah air ke tanah Skotlandia dengan harapan akan memudahkan kami ketika membuat nasi nanti, karena kami sempat mendengar bahwa tidak ada yang jual magic jar di negaranya Ratu Elizabeth ini. Naik pesawat semacam Emirates dengan menenteng magic jar, magic sekali kan akal-akalannya. :D Nyatanya dipakai sekali langsung rusak, wkwkwkw. Entah gak cocok sama apanya, saya sudah menyerah karena sudah malas berpikir di saat lelah kala itu. Tapi karena perut lapar, saya mengusulkan untuk membeli magic jar lagi di sini, yang baru saya ketahui ternyata ada juga yang jual disini. Hahaha.. ya keleus! Tahu gitu beli disini aja. Lol! Salah info menyebabkan cerita lucu sepanjang masa. Tapi, bukan om Anggi namanya kalau bukan melarang bela-beli bela-beli, hehehe.. Tanpa pikir panjang onta Kimi satu ini segera mengeluarkan "daleman" magic jarnya, mencuci dengan bersih, mencuci beras, mengisinya dengan air, dan meletakkan di atas kompor listrik ini. Voila.. 20 menit kemudian, sudah bisa makan nasi. Tanpa beli, tanpa bikin pusing lagi. Alhamdulillah sekali kompornya kompor listrik, jadi tak ada bekas hitam-hitam dibawahnya. Uhuyyyy.. makan nasi!!! Dan semenjak itu, kami selalu menggunakan cara dan alat yang sama untuk memasak nasi putih. 

Perut saya sedikit berbunyi malam ini, bukan karena bayi, tapi karena lapar. Karena saya baru saja membuat nasi, sementara telor kesayangan udah matang duluan, akhirnya saya mengambil sisa nasi yang sudah dingin itu dan meletakkannya di atas teflon yang sudah diberi bumbu-bumbu ala-ala di restauran India itu. Suami melirik, "gak kurang banyak?" saya menggeleng. "buat sedep-sedepan campur nasi aja." jawab saya sambil menelan ludah saking laparnya. Nasi campur bumbu yang saya tidak tahu namanya sudah mulai memanas di atas teflon. Bumbunya sudah tercampur dengan baik karena baunya sudah melalang buana di atas kepala saya. Saya mematikan kompor, menuangkan keatas piring diikuti dengan menumpuk telor diatasnya.

Dapur yang dingin itu mendadak setengah hangat lagi, saya urung makan dikamar. Jendela dapur masih terbuka, saya mendorong kursi agak menjauh dari suami dan duduk di atasnya. Lengkap dengan sepiring nasi hangat plus telor ceplok ala-ala saya. "Aku makan disini nemenin sayang ya." kata saya. "mau?" tanya saya lagi pada suami sambil mengarahkan sendok penuh dengan nasi hangat dan sedikit telor. Suami menggeleng. "sayang makan aja." katanya. Jelas, dikondisi seperti ini, tidak perlu dua kali mengomando saya untuk segera melahapnya sampai sendokan terakhir masuk ke perut saya. 

Malam ini, tak ubahnya malam-malam dingin lainnya di kota ini, hati saya sudah cukup hangat. Bukan hanya karena sepiring nasi dan telornya, tapi karena hangatnya perhatian suami yang ditujukan hanya kepada saya, yang inshaAllah adalah satu-satunya ratu di hatinya. :) InshaAllah.

Aberdeen, 10 Februari 2017
antara 2 tugas essay, 4 kali panel assessment, 1 lomba moot court, dan 1 judul disertasi.

Tertanda,
istri yang berbahagia,
anak perempuan yang bersyukur,
kakak dan adik perempuan yang penuh kasih sayang,


ttd


Rima Asnawei 



0 comments: