Monday, January 26, 2015

pengalaman wawancara beasiswa AAS- Januari 2015 part 1

12:31 PM Posted by Kaki Rima No comments
AAS (Australia Awards Scolarship), yang dulunya dikenal dengan ADS (Australia Development Scholarship) pada bulan Januari 2015 mengadakan tes lanjutan untuk kurang lebih 900 orang calon penerima beasiswa penuh dari Pemerintah Australia ini. Saya adalah salah satu dari shortlisted yang berhasil tersaring dari kurang lebih 4000 aplikasi yang diterima oleh Panitia Seleksi AAS periode 2015-2016. 

Acara briefing berjalan menyenangkan dan santai. Benar-benar membuat saya percaya bahwa semua akan baik-baik saja meski sedikit terasa ada kupu-kupu menari, joget, dan kayang di dalam perut saya. Mungkin karena gugup, saya sempat merasa mual dan begah. Saya berusaha menguasai diri saya karena saya berangkat pagi itu dengan restu dan doa kedua orang tua yang akan terus bersama dengan saya.

Saya mendapat urutan ke 8 dari 10 calon penerima beasiswa yang ada di giliran panel 12. Untuk menenangkan diri, selain berkenalan, berdoa, saya bermain clash of clan di ruang tunggu gedung IALF, kuningan, Jakarta Selatan. 

Dan berhasil, lama-lama perasaan gugup saya berhasil mereda dan tangan saya mulai terasa hangat. Suhu AC benar-benar terasa dinginnya, meskipun saya sudah memakai blazer dengan kerudung yang cukup panjang saat itu. Itu saya yang memakai begituan saja sudah merasa cukup kedinginan, apalagi kawan-kawan yang memakai baju tanpa jaket atau blazer. Luar biasa! :D

Jam menunjukkan pukul 12.30 ketika seorang security memanggil nama saya untuk duduk di depan ruangan no 12 di lantai 3A gedung ini. Setelah menaruh tas dan perlengkapan berkas, saya kembali berdiri dan berjalan sedikit ke arah lukisan yang terpajang di lorong jalan ini. Saya memang bukan penggemar lukisan, tapi saya juga sadar bahwa saya juga tidak akan mampu menggambar pohon bentuk ini dalam sekali coba. Saya benar-benar perhatikan lengkungan pohon itu, sambil memikirkan bagaimana perpaduan warna benar-benar mempengaruhi visualisasi pohon tersebut. Saya tertegun cukup lama sampai saya sadar bahwa saya sedang dalam antrian wawancara beasiswa.

Saya berdoa dalam hati, "sampai di tahap ini adalah perjalanan yang tidak mudah dan tidak singkat. saya harus menunggu 4 tahun sejak hari pertama saya bekerja sebagai PNS di Mahkamah Konstitusi untuk mendapatkan ijin mendaftar beasiswa dan mendapat kesempatan untuk dikenali lebih jauh lewat sesi wawancara ini. Karena kehendakMu ini menjadi mungkin Ya Allah. Maka mudahkanlah kembali perjalanan kali ini. Saya berniat untuk belajar, mudahkanlah Ya Allah niat untuk menuntut ilmu ini. Mudahkan."

Sampai pukul 13.00, saya dipersilahkan masuk dan kedua juri memperkenalkan diri. Sekitar 8 pertanyaan diajukan pada saya siang itu. 20 menit yang benar-benar bernilai ratusan juta. 20 menit yang sangat menentukan apakah saya bisa kuliah di Australia dengan dana yang disediakan oleh pihak Pemerintah Australia. 20 menit yang saya tunggu bertahun-tahun. 20 menit yang menentukan cita-cita saya.

(bersambung)

0 comments: